Tuesday, February 11, 2014

Budidaya Tanaman Pisang


Pisang adalah tanaman tropis yang mudah dibudidayakan, tanaman ini bisa tumbuh dengan baik dimana saja baik didataran rendah atau dataran tinggi. Hampir semua bagian pohon pisang bermanfaat dari mulai pohon, daun maupun buahnya dapat dijual dengan harga relative mahal. Buahnya dapat diolah menjadi penganan yang enak seperti selai, keripik,
dodol dan lainnya. Pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan kepada pemirsa sekalian tentang cara budidaya pohon pisang barangkali berguna buat pemirsa khususnya petani pisang

Cara budidaya pohon pisang
1. Syarat Tumbuh
1.1 Iklim
1. Iklim tropis basah, lembab dan panas mendukung terhadap pertumbuhan pisang. Namun demikian pisang masih dapat tumbuh di daerah subtropis. Pada kondisi tanpa air, pisang masih tetap tumbuh karena air disuplai dari batangnya yang berair tetapi produksinya tidak dapat kurang maksimal.
2. Angin dengan kecepatan tinggi seperti angin topan dapat merusak daun dan mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
3.  Curah hujan optimal adalah 1.520–3.800 mm/tumbuh dengan dua bulan kering. Variasi curah hujan harus diimbangi dengan ketinggian air tanah agar tanah tidak tergenang.


1.2. Media Tanam
1.Pisang dapat tumbuh ditanah yang kaya humus, mengandung kapur atau tanah berat. Tanaman ini rakus makanan sehingga sebaiknya pisang ditanam ditanah berhumus dengan pemupukan.
2.  Air harus selalu tersedia tetapi tidak boleh menggenang karena tanaman pisang harus diari dengan intensif. Ketinggian air tanah di daerah basah adalah 50 – 200 cm, di daerah setengah basah 100 – 200 cm dan di daerah kering 50 – 150 cm. Tanah yg telah mengalami erosi tidak akan menghasilkan panen pisang yang baik. Tanah harus mudah meresapkan air. Pisang tidak hidup pada tanah yang mengandung garam 0,07%.


1.3. Ketinggian Tempat
Tanaman pisang toleran akan ketinggian dan kekeringan. Di Indonesia umumnya dapat tumbuh di dataran rendah sampai pegunungan setinggi 2.000 m dpl. Pisang ambon, pisang nangka dan pisang tanduk tumbuh baik sampai ketinggian 1.000 m dpl



2.Pedoman Budidaya
2.1. Pembibitan
Pisang diperbanyak dengan cara vegetative,dikembang biakan dengan tunas-tunas/anaknya
1.  Persyaratan Bibit : Tinggi anakan yg dijadikan bibit adalah 1-1,5 m dengan lebar potongan umbi 15-20 cm. Anakan diambil dari pohon yg berbuah baik dan sehat. Tinggi bibit akan berpengaruh terhadap produksi pisang (jumlah sisir dlm tiap tandan). Ada dua jenis bibit pisang: anakan muda & dewasa. Anakan dewasa lebih baik digunakan karena sudah mempunyai bakal bunga & persediaan makanan di dlm bonggol sudah banyak. Penggunaan bibit yg berbentuk tombak (daun masih berbentuk seperti pedang, helai daun sempit) lebih diutamakan daripada bibit dengan daun yg lebar.
2.  Penyiapan Bibit : Bibit dapat dibeli dari tempat lain atau disediakan di kebun sendiri. Bibit Pisang ditanam dengan jarak tanam agak rapat sekitar 2 x 2 m. Satu pohon induk, biarkan memiliki tunas antara 7-9. Untuk menghindari terlalu banyak jumlah tunas, maka lakukan pemotongan tunas.
3.  Sanitasi bibit bebelum ditanam : Untuk menghindari penyebaran hama/penyakit sebelum ditanam bibit diberi perlakuan sebagai berikut:
1.   Setelah dipotong, bersihkan tanah yg menempel di akar.
2.   Simpan bibit di tempat teduh 1-2 hari sebelum tanam agar luka pada umbi mengering. Buang daun-daun yg lebar.
3.   Rendam umbi bibit sebatas leher batang didalam insektisida0,5–1% selama 10 menit. Lalu bibit dikeringanginkan.
4.   Jika tidak ada insektisida, rendam umbi bibit di air mengalir selama 48 jam.
5.   Jika di areal tanam sudah ada hama nematoda, rendam bibit di dalam air panas beberapa menit.
2.2. Pengolahan Media Tanam
1.Pembukaan Lahan : Pemilihan lahan harus mempertimbangkan aspek iklim, prasarana ekonomi dan jarak pasar/industri pengolahan pisang, juga harus diperhatikan segi keamanan sosial. Untuk membuka lahan perkebunan pisang, terlebih dahulu lakukan pembasmian gulma, rumput atau semak-semak, penggemburan tanah yang masih padat; pembuatan sengkedan dan pembuatan saluran air.
2.   Pembentukan Sengkedan Bagian tanah yang miring perlu disengked (dibuat teras). Lebar sengkedan tergantung dari derajat kemiringan lahan. Lambung sengkedan ditahan dengan rerumputan atau batu-batuan jika tersedia. Dianjurkan untuk menanam tanaman legum seperti lamtoro di batas sengkedan yang berfungsi sebagai penahan erosi, pemasok unsur hara dan juga penahan angin.
3.   Pembuatan Saluran Pembuangan Air, Saluran ini harus dibuat pada lahan dengan kemiringan kecil dan tanah datar. Di atas landasan dan sisi saluran ditanam rumput untuk menghindari erosi dari landasan saluran itu sendiri.


2.3. Tehnik Penanaman
1.   Penentuan Pola Tanaman : Jarak tanam tanaman pisang cukup lebar sehingga pada tiga bulan pertama memungkinkan dipakai pola tanam tumpang sari/tanaman lorong di antara tanaman pisang. Tanaman tumpang sari/lorong dapat berupa sayur-sayuran atau tanaman pangan semusim. Dikebanyakan perkebunan pisang di wilayah Asia yang curah hujannya tinggi, pisang ditanam bersama dengan tanaman perkebunan kopi, kakao, kelapa dan arecanuts. Di India Barat, pisang untuk ekspor ditanam secara permanen dengan kelapa.
2.   Pembuatan Lubang Tanam : Ukuran lubang adalah 50 x 50 x 50 cm pada tanah berat & 30 x 30 x 30 cm atau 40 x40 x 40 cm untuk tanah-tanah gembur. Jarak tanam 3 x 3 m untuk tanah sedang & 3,3 x 3,3 m untuk tanah berat.
3.   Cara Penanaman : Penanaman dilakukan menjelang musim hujan (September-Oktober). Sebelum tanam lubang diberi pupuk organik seperti pupuk kandang/kompos sebanyak 15–20 kg. Pemupukan organik sangat berpengaruh terhadap kualitasrasa buah.


2.4. Pemeliharaan Tanaman
1.   Penjarangan : Untuk mendapatkan hasil yang baik, satu rumpun harus terdiri atas 3-4 batang. Pemotongan anak dilakukan sedemikian rupa sehingga dlm satu rumpun terdapat anakan yg masing-masing berbeda umur (fase pertumbuhan). Setelah 5 tahan rumpun dibongkar untuk diganti dengan tanaman yang baru.
2. Penyiangan : Rumput atau gulma di sekitar pohon induk harus disiangi agar pertumbuhan anak dan juga induk baik. Penyiangan dilakukan bersamaan dengan penggemburan dan penimbunan dapuran oleh tanah agar akar dan tunas bertambah banyak. Perlu diperhatikan bahwa akar pisang hanya rata-rata 15 cm di bawah permukaan tanah, sehingga penyiangan tidak perlu dilakukan terlalu dalam.
3.   Perempalan : Daun-daun yang mulai mengering dipangkas agar kebersihan tanaman dan sanitasi lingkungan terjaga. Pemangkasan daun-daun ini dilakukan setiap waktu.
4.   Pemupukan : Pisang sangat memerlukan kalium dalam jumlah besar. Untuk satu hektar, pisang memerlukan 207 kg urea, 138 kg super fosfat, 608 kg KCl dan 200 kg batu kapur sebagai sumber kalsium. Pupuk N diberikan dua kali dalam satu tahun yang diletakkan di dalam larikan yang mengitari rumpun tanaman. Setelah itu larikan ditutup kembali dengan tanah. Pemupukan fosfat dan kalium dilaksanakan 6 bulan setelah tanam (dua kali dlm setahun).
5. Pengairan dan Penyiraman : Pisang akan tumbuh subur dan berproduksi dengan baik selama pengairannya terjaga. Tanaman diairi dengan cara disiram atau mengisi saluran air yang berada di antara barisan tanaman pisang.
6. Pemberian Mulsa : Tanah disekitar rumpun pisang diberi mulsa berupa daun kering ataupun basah. Mulsa berguna untuk mengurangi penguapan air tanah dan menekan gulma, tetapi pemulsaan yang terus menerus menyebabkan perakaran menjadi dangkal sehingga pada waktu kemarau tanaman merana. Karena itu mulsa tidak boleh dipasang terus menerus.
7. Pemeliharaan BUAH: Jantung pisang yang telah berjarak 25 cm dari sisir buah terakhir harus dipotong agar pertumbuhan buah tidak terhambat. Setelah sisir pisang mengembang sempurna, tandan pisang dibungkus dengan kantung plastik bening. Kantung plastik polietilen dengan ketebalan 0,5 mm diberi lubang dengan diameter 1,25 cm. Jarak tiap lubang 7,5 cm. Ukuran kantung plastik adalah sedemikian rupa sehingga menutupi 15-45 cm di atas pangkal sisir teratas dan 25 cm dibawah ujung buah dari sisir terbawah. Untuk menjaga agar tanaman tidak roboh akibat beratnya tandan, batang tanaman disangga dengan bambu yang dibenamkan sedalam 30 cm kedalam tanah.


3. Hama dan Penyakit
3.1.Hama
1. Ulat daun (Erienota thrax.)
· Bagian yg diserang adalah daun.
· Gejala: daun menggulung seperti selubung dan sobek hingga tulang daun.
· Pengendalian: dengan menggunakan insektisida yang cocok belum ada, dapat dicoba dengan insektisida Malathion.
2. Uret kumbang (Cosmopolites sordidus)
· Bagian yang diserang adalah kelopak daun, batang.
· Gejala: lorong-lorong ke atas/bawah dlm kelopak daun, batang pisang penuh lorong.
· Pengendalian: sanitasi rumpun pisang, bersihkan rumpun dari sisa batang pisang, gunakan bibit yang telah disucihamakan.
3.  Nematoda (Rotulenchus similis, Radopholus similis).
· Bagian yang diserang adalah akar.
· Gejala: tanaman kelihatan merana, terbentuk rongga atau bintik kecil di dalam akar, akar bengkak.
·      Pengendalian: gunakan bibit yang telah disucihamakan, tingkatkan humus tanah dan gunakan lahan dengan kadar lempung kecil.
4.   Ulat bunga dan buah (Nacoleila octasema.)
·  Bagian yang diserang adalah bunga & buah.
· Gejala: pertumbuhan buah abnormal, kulit buah berkudis. Adanya ulat sedikitnya 70 ekor di tandan pisang.
·  Pengendalian: dengan menggunakan insektisida.

3.2. Penyakit
1.   Penyakit darah
· Penyebab: Xanthomonas celebensis (bakteri). Bagian yg diserang adalah jaringan tanaman bagian dalam.
·  Gejala: jaringan menjadi kemerah-merahan seperti berdarah.
·  Pengendalian: dengan membongkar dan membakar tanaman yang sakit.
2.   Panama
· Penyebab: jamur Fusarium oxysporum. Bagian yang diserang adalah daun.
· Gejala: daun layu dan putus, pertama daun luar lalu daun dibagian dalam, pelepah daun membelah membujur, keluarnya pembuluh getah berwarna hitam.
·       Pengendalian: membongkar dan membakar tanaman yang sakit.
3.   Bintik daun
·  Penyebab: jamur Cercospora musae. Bagian yg diserang adalah daun dengan gejala bintik sawo matang yg makin meluas.
· Pengendalian: dengan menggunakan fungisida yang mengandung Copper oksida atau Bubur Bordeaux (BB).
4.   Layu
·  Penyebab: bakteri Bacillus . Bagian yang diserang adalah akar.
·  Gejala: tanaman layu dan mati.
·  Pengendalian: membongkar dan membakar tanaman yang sakit.
5. Daun pucuk
· Penyebab: virus dengan perantara kutu daun Pentalonia nigronervosa. Bagian yang diserang adalah daun pucuk.
·  Gejala: daun pucuk tumbuh tegak lurus secara berkelompok.
·  Pengendalian: cara membongkar dan membakar tanaman yang sakit.

3.3. Gulma
Tidak lama setelah tanam dan setelah kanopi dewasa terbentuk, gulma akan menjadi persoalan yang harus segera diatasi. Penanggulangan dilakukan dengan:
1.Penggunaan herbisida seperti Paraquat, Gesapax 80 Wp, Round up dan dalapon.
2.Menanam tanaman penutup tanah yang dapat menahan erosi, tahan naungan, tidak mudah diserang hama penyakit, tidak memanjat batang pisang. Misalnya Geophila repens.
3. Menutup tanah dengan plastik polietilen.


4. Panen
4.1. Ciri dan Umur Panen
Pada umur 1 tahun rata-rata pisang sudah berbuah. Saat panen ditentukan oleh umur buah dan bentuk buah. Ciri khas panen adalah mengeringnya daun bendera. Buah yang cukup umur untuk dipanen berumur 80-100 hari dengan siku-siku buah yg masih jelas sampai hampir bulat. Penentuan umur panen harus didasarkan pada jumlah waktu yg diperlukan untuk pengangkutan buah ke daerah penjualan sehingga buah tidak terlalu matang saat sampai di tangan konsumen. Sedikitnya buah pisang masih tahan disimpan 10 hari setelah diterima konsumen.
4.2. Cara Panen
Buah pisang dipanen bersama dengan tandannya. Panjang tandan yang diambil adalah 30 cm dari pangkal sisir paling atas. Gunakan pisau yang tajam dan bersih waktu memotong tandan. Tandan pisang disimpan dalam posisi terbalik supaya getah dari bekas potongan menetes ke bawah tanpa mengotori buah. Dengan posisi ini buah pisang terhindar dari luka yang dapat diakibatkan oleh pergesekan buah dengan tanah. Setelah itu batang pisang dipotong hingga umbi batangnya dihilangkan sama sekali. Jika tersedia tenaga kerja, batang pisang bisa saja dipotong sampai setinggi 1 m dari permukaan tanah. Penyisaan batang dimaksudkan untuk memacu pertumbuhan tunas.
4.3. Periode Panen
Pada perkebunan pisang yang cukup luas, panen dapat dilakukan 3-10 hari sekali tergantung pengaturan jumlah tanaman produktif.
4.4. Perkiraan Produksi
Belum ada standard produksi pisang di Indonesia, di sentra pisang dunia produksi 28 ton/ha/tahun hanya ekonomis untuk perkebunan skala rumah tangga. Untuk perkebunan kecil (10-30 ha) dan perkebunan besar (> 30 ha), produksi yang ekonomis harus mencapai sedikitnya 46 ton/ha/tahun.


5. Pasca Panen
Secara konvensional tandan pisang ditutupi dengan daun pisang kering untuk mengurangi penguapan dan diangkut ketempat pemasaran dengan menggunakan kendaraan terbuka/tertutup. Untuk pengiriman ke luar negeri, sisir pisang dilepaskan dari tandannya kemudian dipilah-pilah berdasarkan ukurannya. Pengepakan dilakukan dengan menggunakan wadah karton. Sisir buah pisang dimasukkan ke dos dengan posisi terbalik dalam beberapa lapisan. Sebaiknya luka potongan diujung sisir buah pisang disucihamakan untuk menghindari pembusukan


BUDIDAYA TANAMAN PISANG
10.1. Analisis Usaha Budidaya

Perkiraan analisis budidaya pisang dengan luasan 1 ha di daerah Jawa Barat pada tahun 1999.

1) Biaya produksi 1 ha pisang dari tahun ke-1 sampai ke-4 adalah:
a) Tahun ke-1  Rp. 5.338.000,-
b) Tahun ke-2  Rp. 4.235.000,-
c) Tahun ke-3  Rp. 4.518.000,-
d) Tahun ke-4  Rp. 4.545.300,-
2) Penerimaan tahun ke I sampai IV 
a) Tahun ke-1: 0,8 x 1.000 tandan  Rp. 6.000.000,-
b) Tahun ke-2: 0,8 x 2.000 tandan  Rp. 12.000.000,-
c) Tahun ke-3: 0,8 x 2.000 tandan  Rp. 12.000.000,-
d) Tahun ke-4: 0,8 x 2.000 tandan  Rp. 12.000.000,-
3) Keuntungan
a) Keuntungan selama 4 tahun penanaman  Rp. 23.363.700,-
b) Keuntungan/tahun  Rp. 5.840.925,-
4) Parameter Kelayakan Usaha  Output/Input rasio = 2,150
Keterangan : *) perkiraan harga 1 tandan Rp. 7.500,-
10.2. Gambaran Peluang Agribisnis

Perkebunan pisang yang permanen (diusahakan terus menerus) dengan mudah dapat ditemukan di Meksiko, Jamaika, Amerika Tengah, Panama, Kolombia, Ekuador dan Filipina. Di negara tersebut, budidaya pisang sudah merupakan suatu industri yang didukung oleh kultur teknis yang prima dan stasiun pengepakan yang modern dan pengepakan yang memenuhi standard internasional. 


Hal tersebut menunjukkan bahwa pisang memang komoditas perdagangan yang sangat tidak mungkin diabaikan. Permintaan pisang dunia memang sangat besar terutama jenis pisang Cavendish yang meliputi 80% dari permintaan total dunia.

Selain berpeluang dalam ekspor pisang utuh, saat ini ekspor pure pisang juga memberikan peluang yang baik. Pure pisang biasanya dibuat dari pisang cavendish dengan kadar gula 21-26 % atau dari pisang lainnya dengan kadar gula < 21%.
Di Indonesia pisang hanya ditanam dalam skala rumah tangga atau kebun yang sangat kecil. Standard internasional perkebunan pisang kecil adalah 10-30 ha. Angka ini belum dicapai di Indonesia. Tanah dan iklim kita sangat mendukung penanaman pisang, karena itu secara teknis pendirian perkebunan pisang mungkin dilakukan.
11. STANDAR PRODUKSI
11.1. Ruang Lingkup

Standar ini meliputi: klasifikasi dan, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syarat penandaan dan cara pengemasan.

11.2. Diskripsi

Standar buah pisang ini mengacu kepada SNI 01-4229-1996.

11.3. Klasifikasi dan Standar Mutu

a) Tingkat Ketuaan Buah (%): Mutu I=70-80; Mutu II <70 & >80

b) Keseragaman Kultivar: Mutu I=seragam; Mutu II=seragam
c) Keseragaman Ukuran: Mutu I=seragam; Mutu II=seragam
d) Kadar kotoran (% dalam bobot kotoran/bobot): Mutu I=0; Mutu II= 0
e) Tingkat kerusakan fisik/mekanis (% Bobot/bobot): Mutu I=0; Mutu II=0
f) Kemulusan Kulit (Maksimum): Mutu I=Mulus; Mutu II=Mulus
g) Serangga: Mutu I=bebas; Mutu II=bebas
h) Penyakit: Mutu I=bebas; Mutu II=bebas
Adapun persyaratan berdasarkan klasifikasi pisang adalah sebagai berikut:

a) Panjang Jari (cm): Kelas A 18,1-20,0; Kelas B 16,1-18,0; Kelas C 14,1-16,0

b) Berat Isi (kg): Kelas A > 3,0; Kelas B 2,5-3,0; Kelas C < 2,5
c) Dimeter Pisang (cm): Kelas A 2,5; Kelas B > 2,5; Kelas C < 2,5
Untuk mencapai dan mengetahui syarat mutu harus dilakukan pengujian yang meliputi :

a) Penentuan Keseragaman Kultivar.

Cara kerja dari pengujian adalah ; Hitung jumlah dari seluruh contoh buah pisang segar, amati satu persatu secara visual dan pisahkan buah yang tidak sesuai dengan untuk kultivar ang besangkutan. Hitung jumlah jari buah pisang yang tidak sesuai dengan kultivar tersebut. Hitung persentase jumlah jari buah pisang yang dinilai mempunyai bentuk dan warna yang tidak khas untuk kultivar yang bersangkutan terhadap jumlah jari keseluruhannya.
b) Penentuan Keseragaman Ukuran Buah.

Ukur panjang dari setiap buah contoh dan dihitung mulai dari ujung buah sampai pangkal tangkai dari seluruh contoh uji dengan menggunakan alat pengukur yang sesuai. Ukur pula garis tengah buah dengan menggunakan mistar geser. Pisahkan sesuai dengan penggolongan yang dinyatakan pada label di kemasan.

c) Penentuan Tingkat Ketuaan.

Perhatikan sudut-sudut pada kulit buah pisang segar. Buah yang tidsak bersudut lagi (hampir bulat) berati sudah tua 100%, sedangkan yang masih sangat nyata sudutnya berarti tingkat ketuaan masih 70% atau kurang.

d) Penentuan Tingkat Kerusakan Fisik/Mekanis

Hitung jumlah jari dari seluruh contoh buah pisang. Amati satu persatu jari buah secara visual dan pisahkan buah yang dinilai mengalami kerusakan mekanis/fisik berupa luka atau memar. Hitung jumlah yang rusak lalu bagi dengan jumlah keseluruhannya dan dikalikan dengan 100%.

e) Penentuan Kadar Kotoran

Timbang seluruh contoh buah yang diuji, amati secara visual kotorang yang ada, pisahkan kotoran yang ada pada buah dan kemasannya seperti tanah, getah, batang, potongan daun atau benda lain yang termasuk dalam istilah kotoran yang menempel pada buah dan kemasan, lalu timbang seluruh kotorannya. Berat kotoran per berat seluruh contoh buah yang diuji kali dengan 100%.

11.4. Pengambilan Contoh

Satu partai/lot buah pisang segar terdiri dari maksimum 1000 kemasan. Contoh diambil secara acak sebanyak jumlah kemasan.

a) Jumlah kemasan dalam partai (lot) sampai dengan 100, contoh yang diambil 5.
b) Jumlah kemasan dalam partai (lot) 101 sampai dengan 300, contoh yang diambil 7.
c) Jumlah kemasan dalam partai (lot) 301-500, contoh yang diambil 9.
d) Jumlah kemasan dalam partai (lot) 501-1000, contoh yang diambil 10.
11.5 Pengemasan

Untuk pisang tropis, kardus karton yang digunakan berukuran 18 kg atau 12 kg. Kardus dapat dibagi menjadi dua ruang atau dibiarkan tanpa pembagian ruang. Sebelum pisang dimasukkan, alasi/lapisi bagian bawah dan sisi dalam kardus dengan lembaran plastik/kantung plastik. Setelah pisang disusun tutup pisang

dengan plastik tersebut. Dapat saja kelompok (cluster) pisang dibungkus dengan plastik lembaran/kantung plastik sebelum dimasukkan ke dalam kardus karton.
Pada bagian luar dari kemasan, diberi label yang bertuliskan antara lain:

a) Produksi Indonesia
b) Nama kultivar pisang
c) Nama perusahaan/ekspotir
d) Berat bersih
e) Berat kotor
f) Identitas pembeli
g) Tanggal panen
h) Saran suhu penyimpanan/pengangkutan
6. Cara membuat bibit pisang
a. Pohon yang sudah dipanen dibongkar, kemudian bersihkan bonggol dari tanah dan akar.
b. Perhatikan mata tunas dibonggol dan pilih mata tunas yang sudah muncul dengan    ketinggian mata tunas minimal 2,5 cm.

c. Potong mata tunas ini dengan menyertakan bagian bonggol , sehingga berbentuk seperti kubus atau tahu dengan ukuran 10x10x10 cm.

d. Untuk mengendalikan hama dan patogen, rendam potongan-potongan bentuk kubus atau tahu ini di dalam air hangat (50OC) atau direndam dalam campuran 2 g benlate (fungisida) + 1 cc (insektisida) per liter air selama lebih kurang 15 menit.

e. Setelah itu diangkat dan diangin-anginkan, agar air yang tersisa dalam potongan tersebut menjadi kering.

f. Siapkan polibag ukuran 25 x 30 cm (sesuai dengan ukuran potongan bonggol), isi dengan tanah subur atau dicampur dengan 10% kompos (perbandingan 1 bagian pupuk kandang/kompos dan 9 bagian tanah), dapat juga menggunakan pasir, kompos dan tanah (perbandingan 1 : 1: 8). Tanah yang digunakan tidak berasal dari bekas tanaman sakit atau terserang hama (sesuai persyaratan tanaman induk)

g. Tanam potongan bonggol (bentuk kubus) ini dengan mata tunas menghadap keatas, kemudian timbun kembali dengan tanah + 3 cm diatasnya atau dapat juga tanpa penimbunan dengan tanah. Penanaman dalam polibag sangat membantu ketika bibit yang dipersiapkan akan dibawa ketempat jauh.
h. Bila tidak menggunakan polibag, cara lain adalah dengan mempersiapkan bedengan selebar 50-100 cm dan panjang secukupnya, kemudian tanamkan kubus tadi dengan jarak 15 - 20 cm. Perbandingan antara tanah, pupuk kandang dan pasir adalah 8 : 1 : 1, agar tanah menjadi agak remah.
i. Penyiraman harus dilakukan dengan hati-hati dan secukupnya. Tanah basah akan mempercepat pembusukan dan diserang hama.
j. Setelah sekali penyiraman, bagian atas polibag ditutup/dilipat kedalam, sedangkan untuk bedengan ditutup dengan mulsa jerami kering.
k. Antara tiga sampai empat bulan kemudian, mata tunas tumbuh menjadi 20 – 30 cm dan dapat digunakan sebagai bibit. Semoga bermanfaat

0 comments:

Post a Comment